Journey Of Nurrina
Rabu, 12 Desember 2018
Selasa, 06 November 2018
Senin, 15 Oktober 2018
Minggu, 23 September 2018
Jumat, 08 Juni 2018
Disini ada Matematika
Pendidikan dan
budaya adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling melengkapi
dan bersinergi dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik dimasa depan. Akan tetapi,
dalam implementasi kehidupan sehari – hari pemaknaan budaya dalam pendidikan
maupun pendidikan dalam budaya untuk saat ini dirasa minim. Terutama dalam
matematika, sering orang menganggap sebelah mata bahwa pembelajaran matematika
itu dinilai membosankan dan kurang aplikatif terhadap kehidupan sehari – hari. Oleh sebab itu, sangat banyak orang
berpendapat bahwa sangat sulit menggabungkan dua unsur matematika dan budaya,
jika dalam implementasi matematika dalam kehidupan sehari – hari saja kurang
bermakna.
Berdasarkan tuntutan
abad 21, yang mengharuskan siswa dapat mengembangkan kreativitas, maka sangat
besar peluang dalam menggabungkan dua unsur matematika dan budaya ini. Disini,
siswa akan melatih kreativitas dalam mengaplikasikan matematika dalam unsur –
unsur budaya. Pada dasarnya, tanpa disadari matematika sudah merupakan bagian
terpenting dalam unsur – unsur budaya. Perhitungan dan pengukuran yang cermat yang diimplementasikan
dalam filosofi – filosofi budaya merupakan salah satu hasil dari matematika dan
budaya.
Kali ini akan
diulas, langkah – langkah pembuatan perangkat pembelajaran berbasis
etnomatematika khususnya untuk SMP kelas VIII dengan obyek budaya, Keraton
Yogyakarta :
1.
Langkah
pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi materi apa saja yang dapat
diaplikasikan di obyek Keraton Yogyakarta. Dengan bekal prior – knowledge dan
pengalaman mengunjungi Keraton Yogyakarta, disusunlah daftar materi yang dapat
diimplementasikan di Keraton Yogyakarta.
2.
Menyusun
draft materi yang akan digunakan
dalam pembelajaran etnomatematika ini.
3.
Survey
lapangan, dalam hal ini survey lapangan yang dilakukan untuk memastikan materi
yang telah ditentukan benar – benar dapat diterapkan dalam unsur – unsur budaya
di Keraton sekaligus mengamati unsur –
unsur lain yang dapat diimplementasikan ke dalam matematika.
4.
Setelah
menemukan unsur budaya yang sesuai dengan materi matematika yang sesuai,
barulah disusun dalam lembar kerja siswa berbasis etnomatematika
Kesulitan dalam
menyusun perangkat pembelajaran berbasis
etnomatematika adalah merepresentasikan unsur – unsur budaya kedalam bahasa
matematika yang dapat dipahami siswa.
Antara Cinta, Tahta, dan Keluarga
Refleksi Budaya
Kethoprak “Rembulan Kekalang”
Oleh
: Nurrina Rhomadita / 15301241026 / Pendidikan Matematika I 2015
Dalam rangka memperingati Dies
Natalis UNY ke- 54, UNY menyelenggarakan sebuah pagelaran kethoprak. Pagelaran
kethoprak ini lain dengan pagelaran pada umumnya, karena para pemeran dalam pagelaran
ini adalah Rektor, para Guru Besar, dan dosen – dosen UNY. Kisah ini dimulai
ketika Pangeran Sepuh Purbaya (diperankan oleh Prof. Marsigit, M.A.) memilih
turun tahta kerajaan karena sudah saatnya tahta kerajaan dilanjutkan oleh
generasi selanjutnya. Pangeran Sepuh Purbaya kemudian menunjuk Pangeran Hadi
Mataram (diperankan oleh Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd.) sebagai Ratu
Kerajaan Mataram selanjutnya. Pada posisi patih, Patih Singoranu (diperankan
oleh Drs. Saliman M.Pd) juga memilih untuk pensiun dalam mengemban tugasnya,
dan menginginkan adanya regenarasi dalam posisinya tersebut. Para Tumenggung
tidak menyetujui keinginan Patih Singoranu untuk pensiun, kecuali Tumenggung
Pasingsingan (diperankan oleh Drs. Sarjiwo, M.Pd.). Disini, Tumenggung
Pasingsingan merasa memiliki kesempatan emas untuk memperoleh posisi Patih
tersebut. Tidak sejalan dengan pendapat Tumenggung Pasingsingan, Ratu
Amengkurat sependapat dengan tumenggung yang lain untuk mempertahankan Patih
Singoranu, tetap menjadi patih di Kerajaan Mataram, karena merasa dirinya masih
baru dan membutuhkan bimbingan dari orang yang berpengalaman. Mengetahui hal
tersebut, Tumenggung Pasingsingan merasa tersinggung dan dinilai tidak memiliki
pengalaman dalam pemerintahan kerajaan, akhirnya memilih mangkir dan pergi dari pertemuan itu.
Di sisi lain, Pangeran Harya
Timur (diperankan oleh Alfian Anggoro) yang tidak lain merupakan adik dari Ratu
Amengkurat, sedang dimabuk asmara akan pesona dan kecantikan dari Rara Mangli
(diperankan oleh Sri Hertanti Wulan, M.Hum) yang merupakan putri dari
Tumenggung Pasingsingan. Pangeran Harya Timur yang sedang dimabuk cinta,
berniat ingin meminang Rara Mangli untuk sebagai istrinya, akan tetapi Rara
Mangli memberikan syarat kepada Pangeran Harya Timur agar bisa menikahinya.
Syarat yang diberikan Rara Mangli kepada Pangeran Harya Timur adalah Tahta
Kerajaan Mataram jatuh ke tangan Pangeran Harya Timur. Mengetahui hal tersebut,
Pangeran Harya Timur tidak setuju dengan syarat yang diajukan Rara Mangli agar
bisa menikahinya, karena dengan syarat itu Pangeran Harya Timur harus
menyingkirkan kakaknya sendiri, Ratu Amengkurat dari posisinya saat ini.
Mengetahui sikap Pangeran Harya Timur keberatan dengan syarat yang diberikan
putrinya, Tumenggung Pasingsingan mengambil tindakan untuk menyingkirkan Ratu
Amengkurat sendiri, sekaligus sebagai ajang balas dendam kepada Ratu Amengkurat
yang telah menyinggung dan menghinanya.
Ketika Tumenggung Pasingsingan
akan merealisasikan untuk membunuh Ratu Amengkurat, niatan ini diketahui oleh
salah satu asisten rumah tangga Tumenggung Pasingsingan, lalu cepat – cepat dia
melaporkan hal tersebut kepada suaminya yang merupakan panglima perang Kerajaan
Mataram. Mengetahui niatan Tumenggung Pasingsingan, prajurit kerajaan menyusun
strategi untuk menangkap Tumenggung Pasingsingan. Dan strategi tersebut
berhasil, ketika Tumenggung Pasingsingan mengendap – endap masuk dengan mudah
dapat ditangkap oleh Panglima Perang Kerajaan Mataram.
Mengetahui kejadian itu, Ratu
Amengkurat memanggil Pangeran Harya Timur untuk menanyakan kejadian yang
terjadi akibat ulahnya. Pangeran Harya Timur meminta maaf kepada Ratu
Amengkurat, akan tetapi Ratu Amengkurat meminta Pangeran Harya Timur untuk
menyingkirkan istrinya, Rara Mangli karena cinta butanya kepada Rara Mangli,
Pangeran Harya Timur harus berusaha memperoleh tahta Kerajaan Mataram yang
bukan seharusnya menjadi haknya. Karena rasa bersalahnya ini, Pangeran Timur
melaksanakan perintah kakaknya dan ia membawa keris sakti pemberian Ratu
Amengkurat untuk menyingkirkan Rara Mangli. Ketika Pangeran Harya Timur
menghamipiri sang istri, dengan penuh amarah dia memarahi Rara Mangli sebagai
penyebab retaknya hubungannya dengan Ratu Amengkurat, kakaknya. Seakan tidak
mau disalahkan, Rara Mangli berpura – pura tidak paham dengan apa yang
dibicarakan oleh suaminya ini. Rara Mangli melakukan hal yang sebaliknya, dia
menyalahkan cinta Pangeran Harya Timur kepada Rara Mangli.
Pangeran Harya Timurpun,
tertipu kepolosan dan keluguan dari Rara Mangli, akhirnya dia kembali ke
kerajaan untuk melakukan keinginan dari istrinya, membunuh Ratu Amengkurat.
Namun sayangnya, dalam perjalanan menjalankan niatnya, Pangeran Harya Timur
selalu dihadang – hadangi oleh beberapa kerabat yang ingin mencegah niatan
Pangeran Harya Timur. Semuanya gagal, semuanya gagal mencegah niatan Pangeran
Harya Timur untuk mencegahnya. Hingga saatnya Pangeran Sepuh Purbaya ikut turun
tangan mencegah tindakan Pangeran Harya Timur. Bukannya sadar dan meminta maaf
kepada Pangeran Sepuh Purbaya, tetapi Pangeran Timur melawan Pangeran Sepuh
dengan keris Ratu Amengkurat. Alih – alih bisa membunuh Pangeran Sepuh, yang
terjadi adalah Pangeran Timur dapat ditaklukan dan dibawa ke penjara istana
untuk diadili.
Sementara itu, Rara Mangli
merasa kesepian karena kehilangan ayah dan suaminya, kini mulai menyadari
perbuatannya. Dia merasa bersalah atas perbuatannya ayah dan suaminya harus
menjadi korban demi mewujudkan keegoisannya. Akhirnya Rara Mangli memilih
mengakhiri hidupnya dan menyusul ayahnya, karena merasa sudah tidak berguna
lagi hidupnya.
Cerita ini menarik karena dalam
cerita ini mengisyaratkan bahwa tidak semua cinta itu tulus dan suci, tetapi
terdapat cinta yang hanya sekedar sebagai batu loncatan untuk menggapai
keinginan hawa nafsu belaka. Setulus apapun cinta, sebaik apapun pasangan kita
dan secantik atau serupawan pasangan kita, jika ia menginginkan adanya suatu
kehancuran dalam keluarga, maka itu bukanlah cinta. Cinta yang indah, adalah
mau mencintai pasangan dan keluarga pasangan kita.
Langganan:
Postingan (Atom)